Kebun Ganja Kini sampai ke Apartemen

Jajaran Polres Metro Jakarta saat merilis kasus penanaman ganja di dalam kamar apartemen pada Rabu.

Baca.KP,- JAKARTA – Peredaran narkotika di dalam apartemen marak terjadi.

Beberapa hari yang lalu, polisi menemukan ladang tanaman ganja di salah satu unit apartemen daerah Pluit, Jakarta Utara.

Berbeda pada umumnya, ladang ganja tersebut dikembangkan dengan metode penyemaian dalam ruangan.

Menurut pihak kepolisian, cara penanaman ganja tersebut adalah modus baru.

Sebab, penanam ganja tidak mengandalkan sinar matahari untuk menumbuhkembangkan tanaman tersebut.

DI (37), seorang desainer lulusan salah satu universitas di Singapura, mengandalkan pancaran sinar lampu ultraviolet untuk menumbuhkembangkan tanaman haram itu.

Pada awalnya DI menabur bibit ganja ke dalam wadah busa hingga beberapa pekan untuk menunggu berkecambah.

Setelah itu, ia memindahkannya ke pot kecil. Beberapa bulan kemudian, tanaman dipindahkan ke pot besar guna menunggu hasil panen. Proses penanaman biji sampai panen memakan waktu selama 7 bulan.

“Ini modus baru. Metode penyemaian didalam ruangan, yang mana sumber penerangannya dilakukan menggunakan lampu ultraviolet,” ujar Kapolres Metro Jakarta Barat Rudy Heriyanto di Mapolres Metro Jakarta Barat, Rabu (27/4/2016).

DI mengaku mendapatkan bibit ganja itu dari rekannya SN, warga Aceh, yang kini masuk daftar pencarian orang (DPO).

Meskipun bibit tersebut dipasok dari Aceh, menurut polisi, ganja yang ditanam DI merupakan jenis ganja asal Vietnam.

Polisi menilai, ganja yang ditanam DI sangat berbeda dengan ganja asal Aceh. Ganja tersebut, kata polisi, tidak dipanen daunnya, tetapi bunganya.

“Ini jenis ganja dari Vietnam, bukan dari Aceh. Kalau ganja Aceh daunnya yang digunakan, kalau ini bunganya yang akan dipanen,” ucap Rudy.

Selain itu, dari segi tekstur, ganja yang ditanam DI itu sangat berbeda dengan ganja asal Aceh.

Jika tanaman ganja dari Aceh tekstur batangnya lurus, ganja milik DI memiliki tekstur batang yang bengkok.

Belajar dari Youtube

Kepada polisi DI mengaku belajar cara menanam ganja di dalam ruangan melalui video di Youtube.

Polisi pun tidak langsung mempercayainya, karena menurut polisi, seseorang akan sulit mempelajari suatu hal jika tanpa guru yang mendampingi.

Menurut Rudy, DI mengaku belum sempat memanen hasil tanamannya tersebut.

“Dari pengakuan tersangka baru tujuh bulan. Ia juga mengaku ganja tersebut jika berhasil panen akan diedarkan di wilayah Jakarta,” kata Rudy.

Dari tangan pelaku, polisi menyita 6 pot besar pohon ganja siap panen, 7 pot besar pohon ganja ukuran besar, 15 pot kecil pohon ganja ukuran kecil, 20 blok busa isi semaian pohon ganja, 8 paket gana kering seberat 1.500 gram, dan 2 buah toples ganja kering rontokan.

Polisi juga menyita 10 unit lampu ultraviolet, 2 buah alat pengukur kelembapan, 2 buah kipas angin, 2 karung pupuk tanam, 2 buah stabillizer listrik, 5 botol pupuk semprot.

Dengan ditemukannya ladang ganja di unit apartmen milik DI ini, Rudy mengimbau kepada seluruh pengelola apartemen untuk selalu mengawasi pengunjung dan penyewa.

Ia berharap, dengan ditangkap DI ini, pihak pengelola bisa lebih mewaspadai peredaran narkoba di dalam apartemen.

Sebab, menurut Rudy, akhir-akhir ini kian marak peredaran narkotika di dalam apartmen.

Dengan pengawasan yang lebih ketat, kata dia, para pelaku tindak kejahatan tidak lagi menganggap apartmen tempat paling aman untuk melakukan peredaran gelap narkotika.

“Kami mengimbau kepada pengelola apartemen harus terus mengontrol dan mengawasi penghuni. Agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” ujar Rudy.

Atas perbuatannya, DI dijerat Pasal 114 ayat 2 subsider 113 ayat 2 subsider 111 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman maksimal 20 tahun penjara. (J.R)

Waspada, Narkoba Baru Blue Safir Beredar di Banten

Baca.KP,- Serang – Narkoba cair jenis baru disinyalir beredar di Banten. Untuk itu, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Banten sedang menyelidiki peredaran narkoba baru tersebut.

“BNN sudah menemukan narkotika jenis baru dengan nama Blue Safir yang dikemas dengan botol minuman kecil dan itu sudah ditemukan di Indonesia dan sedang kita selidiki,” ucap Kepala BNP Banten Kombes Herru Februarto saat ditemui di Kota Serang, Banten, Senin, 25 April 2016.

Ia menjelaskan, narkoba baru tersebut sangat berbahaya karena ‘energi’ yang diberikan kepada para pengkonsumsinya bahkan bisa mengakibatkan kehilangan nyawa dalam hitungan hari.”Di dalamnya mengandung zat yang berbahaya. Memang efeknya jadi semangat dan badan terasa enak, kayak menyegarkan badan, tapi ini bisa menewaskan,” ujar Herru.

Setidaknya, menurut dia, telah ditemukan 41 jenis baru narkoba yang beredar di Indonesia yang kini tengah ditelusuri dari mana sumbernya.

“Saat ini update dari BNN pusat ada 41 jenis narkoba baru. Ini sedang diselidiki, dan nanti akan segera disosialisasikan,” Heru menegaskan.

(APH)

Potongan Kaki Korban Mutilasi Belum Juga Ditemukan, Polisi Konsultasi dengan Kejaksaan

Polisi mengevakuasi korban mutilasi di kontrakan korban di wilayah cikupa, Kabupaten Tangerang.

Baca.KP,- JAKARTA – Polisi hingga kini belum menemukan potongan kaki dari korban mutilasi Nur Atikah (34).

Diduga, potongan kaki tersebut dibuang oleh pelaku yang juga kekasih korban, yakni Agus alias Kumayadi (31) ke sungai.

Terkait potongan kaki yang belum ditemukan ini, pihak kepolisian berkoordinasi dengan Kejaksaan.

“Kami dari penyidik nanti koordinasi dengan Kejaksaan bagaimana jika potongan kaki nantinya tidak ditemukan,” ujar Kapolresta Tangerang, Kombes Irman Sugema di Mapolda Metro Jaya, Senin (25/4)2016).

Irman menambahkan, pihaknya masih kesulitan mencari potongan kaki dari Nur Atikah.

Hal tersebut lantaran sungai tempat dibuangnya potongan kaki tersebut beraliran deras dan dalam.

“Kondisi arus cukup deras dan kedalamannya cukup dalam, kurang lebih empat meter dan juga kalinya cukup kotor. Menurut keterangan anggota di lapangan agak sulit melakukan pencarian,” ucapnya.

Irman menyampaikan, pihaknya berkoordinasi dengan pihak Kejaksaan untuk berkonsultasi jika memang nantinya potongan kaki tersebut tidak juga ditemukan, apakah berpengaruh terhadap proses penyidikan atau tidak.

Polisi menangkap Agus di Surabaya setelah dinyatakan buron selama dua hari. Agus adalah pelaku pembunuhan terhadap Nur, wanita yang tinggal bersamanya dalam satu kontrakan.

Nur ditemukan tewas dengan kondisi dimutilasi di sebuah rumah kontrakan wilayah Cikupa, Kabupaten Tangerang.

Pada Kamis (14/4/2016), tim gabungan menemukan kedua tangan Nur yang dipotong di daerah Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.

Sementara itu, potongan kedua kaki jenazah masih belum ditemukan. Saat dibunuh, Nur sedang hamil tujuh bulan. (J.R)

AEON Mall: Kanopi Tak Kuat Tahan Angin hingga Roboh Timpa Kaca

057452200_1461155810-20160420-aeon-mall-disambar-petir-istimewa-4.jpg

Suasana AEON Mall pasca disambar petir, BSD, Tangerang Selatan. Petir menyambar kaca Mall tersebut.

Baca.KP,- TangerangManajemen AEON Mall mengakui pecah kaca lantaran suatu kejadian terjadi di luar kemampuan manusia. Itu tidak bisa dihindarkan atau force majeur.

“Hujan seharian dari siang dan anginnya juga sangat kencang sekali, jadi semi kanopi kita tidak lagi kuat menahan hingga akhirnya terjatuh,” kata Marketing and Strategy Manager AEON Mall Wenni Wang kepada sejumlah wartawan, Tangerang, Rabu (20/4/2016).

Diungkapkan Wenni, peristiwa robohnya atap kanopi yang mengakibatkan pecah kaca itu terjadi sekitar pukul 17.30 WIB. Kemudian pecahan tersebut mengenai pintu lobi samping sebelah timur.

Adapun sejumlah korban luka akibat peristiwa robohnya atap kanopi itu, diakui Wenni lebih banyak diderita karyawan mall yang tengah bekerja. “Ada security kami sedang standby dan Customer service kami, memang korban kebanyakan pegawai mal. Beberapa pengunjung juga mengalami lecet, kena pecahan beling sehingga berdarah di area kaki dan tangan,” tuturnya.

Untuk penanganan, Wenni mengaku telah membawa sejumlah korban ke Eka Hospital. Sementara mal tetap beroperasi seperti biasa. “Mal beroperasi seperti biasa, area kecil ini clear out saja. Dan semua sudah rapi, sudah bersih kembali,” katanya.

Sementara sebelumnya, Kapolsek Pagedangan AKP Endang Sukmawijaya mengungkapkan kalau insiden tersebut terjadi karena hujan yang turun deras. Atas kejadian tersebut, ke-14 korban luka dalam peristiwa robohnya atap kanopi Mall Aeon tersebut dievakuasi ke rumah sakit.

“Korban ada 14 orang akibat pecahan kaca. Sampai tadi jam 11 malam sudah ada sembilan orang yang pulang, lima lagi sudah siap-siap mau pulang,” kata Endang. (J.R)

‘Segitiga Emas’ Narkoba di Jakarta Barat

Ilustasi Narkoba

Baca.KP,- Jakarta“Nggak bisa nyabu sekarang, barang lagi langka,” ucap K, mahasiswi perguruan tinggi swasta di Jakarta Barat, memulai obrolan.

Rabu (20/4/2016) dini hari di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat ini dikenal sebagai penghubung antara pelanggan dengan pengedar narkoba.

K memang menjadi ujung tombak transaksi narkoba. Jika tak dapat restu mahasiswi 26 tahun ini, tak akan ada satu pun pengedar yang akan melayani.

“Sekarang semuanya harus hati-hati, banyak yang cepu (informan polisi) soalnya,” ujar dia.

Menurut K, sejak aparat gencar merazia, terlebih ada anggota polisi yang tertangkap tangan membawa sabu, pemasaran sabu di Kemanggisan dan Kembangan tersendat.

Jika calon pembeli tetap ngotot dan ingin memperoleh sabu, para pecandu harus membayar hingga 3 kali lipat dari harga biasanya. Itu pun tak menjamin transaksi bakal aman.

“Nggak bisa lagi pakai harga lama, nggak ada yang mau ambil risiko,” tutur K.

K menolak dirinya terlibat jaringan atau sebagai pengedar sabu. Dia berkilah, dirinya cuma membantu bagi para pecandu narkoba yang membutuhkan.

“Kasihan mereka, susah dapat barang,” kata dia.

K menyatakan, di kawasan Kembangan, Meruya, dan Kemanggisan banyak pecandu narkoba yang membutuhkan. Mereka sekarat, akibat kecanduan zat kimia berbahaya nan mematikan itu.

Beragam Motif

Dari belasan pecandu, pengonsumsi, hingga mereka yang baru pulang rehabilitasi yang berhasil diwawancarai Liputan6.com, mengaku mengonsumsi narkoba sebagai pelarian. Selain itu untuk menambah percaya diri, hingga sebagai upaya melupakan peliknya hidup.

“Saya merasa tak dihargai, tak dianggap. Apapun yang dikerjain, pasti dipandang sebelah mata sama mereka (orangtua),” ujar Bagus, yang baru keluar dari lembaga pemasyarakatan beberapa bulan lalu, akibat tertangkap tangan mengonsumsi narkoba di kosan temannya.

Lain halnya dengan B, pria 26 tahun yang masih menjalani rehabilitasi itu diciduk polisi, saat berpesta narkoba bersama lima temannya.

Mahasiswa jurusan manajemen ini, sudah memakai sabu sejak awal kuliah. Ia sangat membutuhkan barang haram itu untuk eksistensi dirinya.

“Sekarang udah nggak lagi, tapi kadang masih sering rasa, pengen itu muncul lagi,” ungkap B di rumahnya.

Para pengonsumsi narkoba itu, rata-rata merasa tak diterima di lingkungan sosialnya. Baik itu di kalangan keluarga maupun lingkungan pertemanan. Awalnya, coba-coba dan pelarian, namun berakhir dengan kecanduan akut.

Saat mengonsumsi narkoba, baik itu jenis kimiawi seperti sabu, putau, ekstasi, happy five, inex, dan heroin, atau pun jenis herbal misalnya ganja, mushroom, dan opium, mereka mendapatkan perasaan yang berbeda.

“Kalau udah ngebaks (memakai ganja), bawaannya adem, nggak ada masalah. Tapi itu cuma sesaat doang, entar kalau udah nggak fly lagi, nyesel,” ungkap Kur, pemuda 25 tahun yang kini masih dalam masa rehabilitasi.

Lain halnya dengan sabu, pengonsumsi tak akan merasa melayang. Tapi, merasa lebih berenergi, tak lapar, lebih percaya diri, agresif. Tapi mereka tak terlalu ingat apa alasan mereka melakukan sesuatu.

“Nggak tahu kenapa, pinginnya ngeseks mulu, padahal udah keluar masuk kamar hotel, udah abis banyak. Udah nggak ke kontrol lah, itu bener-bener gila,” kisah Riz, pemuda 23 tahun yang baru dua kali mencoba sabu dari temannya.

Dari penelusuran Liputan6.com di tiga kawasan tersebut, peredaran narkoba tertata dengan rapi, rapat, dan tak sembarang orang bisa membeli.

Para pengedar mempunyai jaringan yang sulit terendus aparat. Bahkan, dari mereka banyak yang mengedarkan narkoba di kompleks-kompleks milik pemerintah di sekitar kawasan tersebut. (J.R)

Pemutilasi Wanita Hamil di Tangerang Tertangkap di Surabaya

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti.

Baca.KP,- JakartaKusmayadi alias Agus, pria yang diduga membunuh dan memutilasi istri sirinya, Nur Astiyah atau Nuri (34), tertangkap polisi di Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu 20 April 2016 malam. Keberadaan Agus diketahui aparat setelah ada warga yang memberi informasi melalui telepon (hotline).

Penangkapan oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, khususnya Subdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) ini diabadikan dalam sebuah foto yang diunggah Direktur Reskrimum Kombes Krishna Murti di akun jejaring sosial Instagram.

Dia (Agus) bilang sering lihat saya di TV ‘Beruntung bisa foto bareng Pak KM sekarang’, pshycho juga nih orang,” tulis Krishna dalam akun @KRISHNAMURTI_91, Kamis (21/4/2016) pukul 02.00 dinihari.

Kinerja anak buah Krishna pun dipuji para pengikut Instagram. Salah satu netizen @handika.nugroho pun memberikan komentar, “Alhamdulillah, ketangkap tuh orang biadab.”

Pada foto tersebut, Agus memakai baju putih dengan tangan diborgol plastik. Yang membuat netizen geram, mimik wajah Agus tak menyiratkan rasa bersalah. Ia malah berpose dua jari mengikuti gaya berfoto Krishna dan tersenyum ke arah kamera.

Wow dari muka nggak ada rasa malu dan bersalah…Neraka menunggumu Agus,” komentar @leoreza11.

Warga Jalan Haji Malik, Kampung Telaga Sari, RT 12 RW 01, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, digegerkan dengan penemuan mayat tak utuh di sebuah kamar kontrakan. Perempuan tersebut sedang hamil dan beberapa bagian tubuhnya ditemukan terpisah. Perempuan itu kemudian diketahui bernama Nur Astiyah atau Nuri.

Pembunuhan disertai mutilasi ini terungkap setelah seorang warga mencium bau tidak sedap dari kontrakan korban. Warga tersebut lalu melaporkan hal itu ke polisi, Rabu, 13 April 2016. Polisi menduga kuat pemutilasi adalah Agus alias Kusmayadi. (J.R)

Intel Akan PHK 12.000 Karyawan

Baca.KP,- Santa Clara Intel Corporation berencana untuk memangkas 12.000 karyawannya. Jumlah tersebut mencakup 11 persen dari seluruh karyawan Intel. Hal ini terpaksa dilakukan perusahaan karena pasar komputer pribadi (PC) yang kian menyusut.

IDC mencatat, pengapalan PC secara global menurun 11 persen di kuartal I 2016. Bukan itu saja, Intel juga diketahui gagal melakukan transisi industri dalam pembuatan chip untuksmartphone.

Restrukturisasi ini diumumkan bersamaan dengan hasil kuartal pertama pada Selasa kemarin, (19/4/2016) waktu Amerika Serikat. Ini adalah salah satu jumlah pemangkasan karyawan terbesar Intel, setelah sebelumnya menutup pabrik perakitan dan uji coba produk di Costa Rica serta mem-PHK 1.500 pada tahun lalu. Chief Executive Intel Brian Krzanich mengatakan bahwa langkah ini sangat berat tetapi diperlukan. Tidak hanya untuk memangkas biaya, tetapi juga untuk berinvestasi dalam bisnis yang lebih berkembang.

“Tidak ada perubahan yang diputuskan dengan mudah,” tulis Mr Krzanich melalui email kepada seluruh karyawan Intel. Demikian seperti dikutip dari laman Wall Street Journal, Rabu (20/4/2016).

Masalah yang dihadapi Intel merupakan tantangan yang umum dalam bisnis teknologi. International Business Machines Corp (IBM), misalnya, yang memiliki sistem mainframebesar, terpaksa harus menghentikan penjualan PC dan server karena persaingan yang sangat sengit.

Sebagai informasi, Intel yang berbasis di Santa Clara, California, sejak akhir 1980-an menyediakan calculating engines untuk pasar PC yang terus berkembang. Produsen chipini bersama dengan Microsoft Corp, mampu meraup keuntungan dari bisnis tersebut.

Akan tetapi, baik Intel maupun Microsoft kemudian terjun ke pasar ponsel, setelah Apple Inc memperkenalkan iPhone pada 2007. (A.R.R)

Gempa di Jepang, Sony Tutup Pabrik Sensor Kamera

Baca.KP,- JakartaGempa bumi yang terjadi di Jepang bagian Selatan pada pekan lalu membuat Sony menutup pabriknya yang berada di Kumamoto. Pabrik tersebut memproduksi sensor gambar CMOS untuk kamera smartphone, yang salah satu kliennya adalah Apple.

Perusahaan akan menutup pabriknya hingga mengetahui seberapa besar dampak gempa terhadap fasilitas produksi tersebut. Selain di Kumamoto, Sony juga terpaksa melakukan hal serupa di pabrik lain yang berada di Nagasaki. Pabrik tersebut juga terlibat dalam produksi sensor gambar smartphone.

Sejauh ini, Sony masih belum memiliki jadwal untuk memulai kembali aktivitas produksi. Kendati beberapa pabrik ditutup, bukan berarti Sony berhenti mengirimkan pesanan sensor gambar CMOS. Perusahaan masih memiliki stok sensor untuk dikirimkan kepada para kliennya. Menurut juru bicara Sony, persediaan yang ada masih cukup memenuhi pesanan pasar.

Juru bicara tersebut juga berujar, Sony akan membuat pengumuman tambahan, bila ada keterlambatan pengiriman barang. Sony, kata dia, berharap seluruh pabrik yang terkena dampak gempa akan kembali beroperasi secepatnya.

Saat ini Sony menguasai 40 persen pasar global untuk bisnis sensor gambar CMOS. Gangguan panjang yang terjadi diperkirakan akan berdampak besar terhadap produksismartphone.

Sensor yang dibuat Sony mengintegrasikan sirkuit yang mengubah cahaya menjadi elektron. Apple, sebagai salah satu kliennya, menggunakan sensor Sony tersebut untuk produknya, iPhone. Demikian dikutip dari Phone Arena, Selasa (19/4/2016). (A.R.R)

Ditolak Warga, 15 Anak dengan HIV/AIDS Terancam Tak Punya Tempat Tinggal

Puger bersama anak asuhnya.

Baca.KP,- SOLO – Sebanyak 15 anak pengidap HIV/AIDS di Solo terancam tak punya tempat tinggal. Warga meminta rumah singgah yang selama ini mereka tempati dikosongkan. Selama ini mereka tinggal di rumah singgah Yayasan Lentera Surakarta.

“Menurut saya bukan masyarakatnya yang salah, tapi sosialisasinya yang kurang sehingga masyarakat belum mengerti cara penularannya dan belum bisa menerima ADHA (anak dengan HIV/AIDS). Sekarang kami pasrah ke Pemkot untuk mencarikan lokasi,” kata salah seorang pengasuh Yayasan Lentera Puger Mulyono di Solo, Minggu (17/4/2016).

Menurut Puger, Ketua RT meminta yayasan untuk tidak memperpanjang rumah kontrakan. Alasannya, warga keberatan ada pengidap HIV/AIDS di kampung mereka. Sementara, pemilik kontrakan tidak keberatan kontrak rumah itu diperpanjang.

“Alasannya saat itu, Ketua RT mendapat protes dari warga sekitar karena anak anak mereka bergaul dengan ADHA,” kata Puger.

Puger pun memutuskan untuk pindah dari kampung itu ke tempat lain. Tapi, di tempat baru penolakan kembali terjadi.

Ketua RW setempat, Subagyo, menyatakan menolak ada anak dengan HIV/AIDS tinggal di kampungnya.

“Sudah ada pertemuan warga. Keputusannya, kami menolak apabila bangunan bekas TK Pusaka ditinggali oleh ADHA,” kata Subagyo saat dikonfirmasi.

Banyaknya penolakan terhadap rumah singgah ADHA membuat Pemerintah Kota Solo juga kebingungan. Walikota Solo Fx. Hadi Rudyatmo menjanjikan akan mencarikan lokasi yang representatif bagi ADHA.

“Lokasi bangunan bekas TK kok juga enggak representatif, ada di pemukiman padat penduduk. Harus ada alternatif lain. Nanti saya koordinasikan ke Satuan Kerja Perangkat Desa untuk segera menemukan lokasi baru,” kata Rudy.

Puger berharap lokasi baru tersebut tidak jauh dari rumah sakit karena ada ADHA yang harus terus menerus kontrol kesehatan.

Sejak Januari 2 016 rumah singgah Lentera Surakarta mendapat anak anak baru dari berbagai daerah, seperti Salatiga, Semarang, Wonogiri, dan Kediri.

“Dulu ada sembilan anak, sekarang per Januari ada 15 anak yang kami dampingi,” kata Puger. (J.R)

Mabuk, Puluhan Anak ‘Punk’ Dihukum Menyanyi Lagu Indonesia Raya

Petugas mengamankan belasan anak punk di Kendari.

Baca.KP,- KENDAL – Gara-gara mabuk minuman keras oplosan, puluhan anak punk diamankan oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kendal, Minggu (17/4/2016).

Kepala Satpol PP Kendal, Toni Ariwibowo menuturkan, pihaknya berhasil mengamankan 33 anak punk saat akan menyaksikan konser musik di GOR Bahurekso Kendal.

Mereka diamankan, beserta lima botol plastik berisi miras oplosan. “Mereka lagi asyik minum miras di samping GOR Bahurekso. Menurut warga, mereka itu sering meresahkan” kata Toni.

Toni menambahkan, anak-anak punk yang terjaring razia tersebut akan diberikan pembinaan, dan disuruh pulang ke rumah masing-masing. Sebab mereka rata rata masih di bawah umur.

“Mereka hanya kami bina dan diminta mengisi surat pernyataan, supaya tidak mengulangi perbuatan yang seperti itu lagi. Bila masih ngeyel dan mengulanginya kembali, akan dipanggilkan orang tua dan perangkat desa setempat,” tambahnya.

Toni menjelaskan, sebelum pulang, mereka diminta menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambil berbaris rapi.

Salah satu anak punk yang terkena razia, Iqbal (12), mengaku hanya ikut-ikutan, karena diajak oleh teman-temannya yang lain untuk nonton acara musik di GOR Bahurekso Kendal. ”

Tapi oleh teman, saya diajak nongkrong dan disuruh minuman ringan yang dicampur ciu,” akunya. (J.R)